Selasa, 16 Juli 2019

Begini Rasanya Tinggal di Perkampungan Padat Penduduk

Sumber foto www.pixabay.com

Halo apa kabar? Kali ini saya mau curhat receh pake banget. Sudah beberapa kali saya mengunjungi apartemen, menurut saya enak juga tinggal di apartemen, hunian tampak rapi dan minimalis gitu ya. Tapi sejauh ini saya masih nyaman tinggal di perkampungan yang padat penduduk. Jika suatu saat nanti ada rezeki dan saya bisa tinggal di apartemen, baik milik sendiri atau sewa itu takdir namanya. Nah saya mau cerita suka duka tinggal di perkampungan dan apa kelebihannya, yuk lanjutkan.
Tetangga Sakit
Senangnya tinggal di perkampungan padat penduduk itu kalau kata orang "guyub", nganu artinya jika ada yang sakit saling mengunjungi terlepas bawa bingkisan atau tidak (tapi biasanya ada). Di lingkungan Rukun Tetangga tempat saya tinggal ada dana khusus untuk mengunjungi warga yang sakit, nanti jika ingin memberikan bantuan secara pribadi "monggo" dipersilahkan. Saya pribadi tidak keberatan, meskipun hampir setiap bulan ada saja warga yang sakit. Lebih baik kita memberikan bantuan daripada kita yang sakit. Namanya sakit kan kadang datang tiba-tiba.

Tetangga Melahirkan
Untuk "menilik bayi" ini tidak diwajibkan seperti menengok orang sakit, alias tidak ada dana khusus, biasanya inisiatif sendiri. Jika merasa akrab dan merasa perlu atau ingin membalas kunjungan karena waktu pasca melahirkan dikunjungi, monggo dipersilahkan. Dulu pernah diadakan "seruan" menilik bayi, tapi dirasa kurang efektif karena setiap rumah tangga punya kebutuhan masing-masing, dikhawatirkan memberatkan bagi yang tidak ikhlas atau sedang tanggal tua atawa tongpes 😃.

Anak tetangga dikhitan
Bagi warga yang mampu biasanya khitanan anak dirayakan layaknya resepsi dengan mengundang kerabat dan tetangga. Tapi bagi keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan biasanya hanya mengadakan pengajian, baik pengajian bapak-bapak atau ibu-ibu. Biasanya para tetangga akan datang keesokan harinya dengan memberikan uang jajan sepantasnya pada anak yang dikhitan.

Hari Kemerdekaan 17 Agustus
Untuk menjaga silaturahmi biasanya setiap memperingati Hari Kemerdekaan 17 Agustus di lingkungan tempat saya tinggal diadakan berbagai macam lomba. Malam harinya diadakan makan bersama nasi tumpeng sebagai wujud syukur. Untuk dananya selain dari dana kas RT biasanya dari donatur. Uang kas RT adalah uang iuran warga sebesar Rp 10.000 per bulan. Uang ini digunakan untuk berbagai kegiatan, salah satunya perayaan Hari Kemerdekaan.

Idul Adha
Waktu awal tinggal di Jakarta saya merasa ada yang kurang saat hari raya Idul Adha. Berbeda dengan di Sumatera, hari raya Idul Adha biasanya kami rayakan seperti hari raya Idul Fitri, dengan membuat beraneka makanan seperti Opor, Ketupat dan juga Rendang. Sedangkan di Jakarta meskipun ada tapi tidak wajib, lebih ke motong hewan kurban. Nah di lingkungan kami juga ada panitia kurban. Biasanya jumlah yang mau kurban ada berapa orang, nanti dananya jika cukup dibelikan sapi atau kambing.

Bukan berarti tinggal di perkampungan itu sempurna banget ya, tetap ada kendalanya. Apalagi saya tinggalnya di "gang senggol". Sebagian anak-anak tak kenal waktu istirahat pokoknya rame terus. Masih bisa ditoleransi, tapi jika terpaksa saya tegur baik-baik "Adik-adik jangan berisik ya! Dita sedang tidur". Untuk ibu-ibu rumpi pastinya selalu ada ya gaes, untunglah saya punya kesibukan jadi ga ikut ngerumpi 😃. Saat musim hujan biasanya banjir, tapi rumah saya alhamdulillah tidak kebanjiran, paling hanya di jalanan setapak depan rumah.

Saya sendiri merasa sudah nyaman tinggal di sini. Beberapa waktu lalu sempat survei perumahan, maksud saya supaya keluarga kami punya rumah yang lebih luas. Tapi belum jodoh karena lokasi perumahan juga jauh. Saya terus berdoa semoga ada rezeki supaya bisa beli rumah yang lebih luas di lingkungan sini, karena sudah terlanjur cocok. Bagaimana di lingkungan tempat tinggal teman-teman? Share yuk di coment.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir dan berkomentar. Komentar spam akan saya hapus.

Wujudkan Impian Ciptakan Rumah Nyaman Listrik Aman

  Sebagai ibu rumah tangga keseharian saya di rumah tak bisa lepas dari penggunaan listrik. Dari mulai masak nasi, mencuci, menyetrika. Saya...