Rabu, 06 Juni 2018

Cegah Stunting Dengan Asupan Gizi Yang Cukup


Assalammualaikum, apa kabar keluarga Indonesia. Saat nonton berita di salah satu stasiun televisi swasta, saya kaget mendengar siswa SD menghamili temannya seorang siswi SMP. Sebagai seorang ibu dari anak berusia 11 tahun pastinya saya merasa cemas. Separah itukah pergaulan anak remaja sekarang. Jika sudah terjadi seperti kasus anak SD tersebut, mau tak mau, siap atau tidak siap, mereka harus dinikahkan padahal pernikahan di usia dini banyak sekali risikonya. Seharusnya pernikahan butuh rencana agar semua menjadi indah baca di sini Cinta Terencana

Salah satu risiko dari pernikahan usia dini adalah stunting. Apa itu stunting, selama ini yang saya tahu stunting identik dengan pendek. Istilah stunting mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat Indonesia. Tapi sejak salah satu iklan obat cacingan yang menyebutkan cacingan bisa menyebabkan stunting, kata stunting menjadi akrab di telinga kita.

Cukupi gizi anak agar sehat dan ceria

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi (stunting) pada anak dapat berakibat:
1. Postur tubuh pendek.
2. Anak stunting mudah sakit.
3. Kemampuan kognitif para penderita stunting juga berkurang.
4. Meningkatnya angka kematian bayi dan anak.

Berdasarkan data WHO, Indonesia menduduki peringkat ke lima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata. Bahkan kasus stunting di Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 2013 persentase penderita stunting sebesar 37,2 persen. Di sini pentingnya pengetahuan sebelum menikah, tugas kita para orang tua agar mendidik dan memperhatikan anak dengan baik.

Cinta terencana membuat mereka bahagia

Oleh karena melihat betapa pentingnya pembangunan keluarga ini, maka harus diperhatikan perjalanan 1000 hari pertama ketika seseorang lahir ke dunia. Fase mulai dari janin hingga usia dua tahun menjadi fase yang penting dalam pembangunan keluarga.
Fase 1000 hari pertama sejak bayi dilahirkan akan memberikan dampak jangka pendek dan jangka panjang yaitu:
1. 1000 hari pertama berperan penting dalam pembentukan otak bayi, pertumbuhan massa tubuh juga komposisi badan, serta pertumbuhan metabolisme tubuh seperti glukosa, protein, hormon, dan gen. (Dampak jangka pendek)
2. Sedangkan 1000 hari pertama bayi akan mempengaruhi pertumbuhan pola pikir (kognisi) yang akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar, kekebalan dan kapasitas kerja pertumbuhan massa tubuh, dan komposisi badan. Dilihat dari sisi pertumbuhan metabolisme tubuh fase 1000 hari pertama berpengaruh pada penyakit kronis selerti diabetes, jantung, dan pembuluh darah. (Dampak jangka panjang)

Stop Nikah Dini
Kalau tidak salah sewaktu saya duduk di bangku SMP ada sinetron Pernikahan Dini yang dibintangi oleh Eno Lerian dan sempat menjadi sinetron favorit. Sinetron ini memberi pesan agar para remaja tidak menikah dini karena banyak risikonya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pernikahan dini yaitu:
1. Tradisi atau budaya.
2. Perilaku seksual dan kehamilan yang tidak dikehendaki.
3. Tingkat pendidikan orang tua, faktor sosial-ekonomi, juga letak geografis serta lemahnya penegakan hukum.
4. Rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi juga menyebabkan maraknya kasus pernikahan dini.

Menikah butuh banyak pengetahuan agar pemahaman tentang gizi anak dipahami dengan baik. Usia di bawah 20 tahun masa menuntut ilmu bagi anak remaja. Tugas kita sebagai orang tua agar anak tidak salah langkah. Kita tidak bisa menghalangi akses informasi yang berada dalam genggaman karena kita hidup di zaman millenial bukan di zaman batu.
Risiko menikah di usia dini:
1. Rentan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) karena memang menikah di usia muda dengan emosi yang masih labil akan menimbulkan banyak pertengkaran.
2. Gangguan kesehatan reproduksi karena anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih besar, selama kehamilan maupun saat melahirkan dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun. Sementara anak perempuan berusia 15-19 tahun memiliki kemungkinan meninggal dua kali lebih besar, selama kehamilan atau saat melahirkan dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun.
3. Putus sekolah karena banyak kasus pernikahan dini yang disebabkan hamil di luar nikah seperti kasus yang saya sebutkan di atas. Hanya 5,6 % anak yang menikah dini masih tetap melanjutkan sekolah, sehingga mereka tidak dapat mencapai pendidikan yang lebih tinggi.


Bagaimana Cara Mencegah Stunting?
Cara mencegah stunting:
1. Optimalkan asupan nutrisi selama kehamilan. Ketika seorang ibu sedang menjalani kehamilan atau sudah dinyatakan hamil, sebaiknya mulai mengoptimalkan nutrisi yang dikonsumsi. Harapannya agar tumbuh kembang janin sesuai dengan usianya termasuk organ tubuh, berat, dan tingginya. Makanan yang baik dikonsumsi ibu hamil sebaiknya yang mengandung protein, asam folat, serat pangan, dan juga kalsium.
2. Rutin mengkonsumsi zat besi. Waktu hamil saya rutin mengkonsumsi zat besi berupa tablet, hanya saja menimbulkan efek samping yaitu sembelit. Zat besi juga dapat diperoleh dari bayam atau daging sapi.
3. Perbaiki gaya hidup. Hindari dan hentikan kebiasaan merokok, meminum minuman beralkohol, karena kebiasaan buruk tersebut bisa berpengaruh pada perkembangan janin dalam kandungan. Apa saja yang dikonsumsi ibu hamil akan ikut diserap oleh janin.
4. Jaga kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan harus diperhatikan agar ibu hamil tidak mudah terserang penyakit.  Pada umumnya daya tahan ibu hamil menurun sehingga rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit.

Biasanya saya membaca berbagai informasi melalui media sosial yang akses melalui Lap Top, karena lap top saya sedang rusak saya butuh lap top keren, kebetulan bisa cek

Stunting bisa dicegah asalkan kita semua mau belajar. Semoga masyarakat Indonesia di manapun berada mendapat informasi yang cukup dan mengikuti program Pemerintah “Dua Anak Cukup”, walaupun hak asasi manusia mau punya anak berapapun diperbolehkan asalkan diperhatikan sesuai kemampuan masing-masing. Jangan sampai anak yang terlahir stunting ataupun mengalami kekurangan menjadi tidak bahagia. Semoga informasi ini bermanfaat. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir dan berkomentar. Komentar spam akan saya hapus.

Wujudkan Impian Ciptakan Rumah Nyaman Listrik Aman

  Sebagai ibu rumah tangga keseharian saya di rumah tak bisa lepas dari penggunaan listrik. Dari mulai masak nasi, mencuci, menyetrika. Saya...