Ini merupakan suatu
kehormatan dan penghargaan untuk saya bisa hadir dan berperan serta
pada kegiatan REFLEKSI KEBANGSAAN “MERAWAT KEBHINEKAAN UNTUK
MENJAGA KEUTUHAN NKRI”. Memang tema yang diangkat cukup berat,
mengingat saya yang biasanya hanya tahu urusan rumah tangga. Tapi ini
sangat penting karena keutuhan NKRI juga akan memberikan dampak untuk
kita semua. Walaupun hanya menyimak dan mendengarkan apa pendapat
dari para tokoh nasional yang hadir.
Selain para tokoh
nasional acara ini juga dihadiri para mahasiswa dan blogger/netizen.
Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan
sambutan dari Ketua MPR RI Bapak Zulkifli Hasan. Dalam sambutannya
Bapak Zulkifli mengatakan “Latar belakang acara curah pendapat ini
adalah keprihatinan mengenai situasi kebangsaan, khususnya pasca
Pilkada Jakarta. Sekaligus untuk mencurahkan pendapat antar
tokoh-tokoh nasional, agama dan masyarakat, supaya menemukan solusi
untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. MPR sebagai rumah rakyat merasa
perlu diadakan dialog terbuka, jujur tanpa ada kebencian diantara
para tokoh-tokoh. Supaya tidak ada yang merasa tersakiti dan
ditemukan akar permasalahan, agar apa yang kita hadapi dapat kita selesaikan bersama.”
Ketua MPR Zulkifli Hasan
Sumber foto Mira Sahid
“Rasa tersakiti
disebabkan oleh adanya rasa kebencian, saling memfitnah yang terlihat
jelas saat pilkada lalu. Pilkada tahun ini sudah berakhir dan kita
semua berharap tahun 2019 Pilpres akan lebih baik. Acara seperti ini
akan terus dilaksanakan, sampai betul-betul kita saling menghargai
dan mencintai. Semoga acara ini bisa memberikan sumbangsih untuk
persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.”
Selanjutnya dilakukan pemukulan gong tanda acara dimulai, tak
lupa doa dipanjatkan agar acara Refleksi Kebangsaan berjalan lancar. Hadir saat
acara berlangsung Bapak Tri Sutrisno yang
mengatakan bahwa "Bangsa Indonesia tumbuh dengan sejarah yang panjang, sebelum
menjadi Negara sudah ada deklarasi kebangsaan seperti Sumpah Pemuda. Suku
bangsa yang banyak dan luar biasa karena dari bangsa yang dijajah bisa lepas
jadi merdeka. Itu karena bangsa yang bisa bersatu dan kemudian dipilih wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara kita plural dan multi kultural maka
untuk merumuskan apa arti merdeka dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah konsep yang paling mantap dan bijak yaitu PANCASILA. Oleh sebab itu Bapak Tri Sutrisno berpesan kepada bangsa
ini, bahwa pelajaran ilmu bumi dan Pancasila itu sangat penting diterapkan di
sekolah."
Para tokoh nasional lainnya yang hadir:
- Romo Beny Susetyo dari Konfrensi Wali gereja Indonesia (KWI)
- Uung Sendana dari Majelis Tinggi Konfrensi Tionghoa Indonesia
- Sholahudin Wahid, Pengasuh Ponpes Tebu Ireng
- Prof. Franz Magnis Suseno
- Jaya Suprana
- Jakob Oetama
Seperti kita ketahui
meskipun Pilkada sudah selesai masih ada saja perdebatan, seharusnya
kita tidak usah mengecilkan ataupun membesar-besarkan suatu masalah.
Jika dulu Indonesia terkenal dengan toleransi umat beragama, masjid
dan gereja berdiri berdampingan. Mengapa sekarang apapun bisa
menyulut kemarahan. Memang ada segelintir orang yang selalu ingin
memperkeruh suasana dan memecah belah persatuan dengan cara berdebat di media sosial, saling caci maki dan memutuskan pertemanan. Tapi alangkah baiknya
kita sebagai warga negara jangan mudah terpengaruh.
“Pancasila itu gotong
royong dalam arti peduli pada sesama dan pada yang lemah. Tugas kita
mewujudkan keadilan sosial agar tak ada lagi yang merasa tersakiti
dan tertinggal” tutur Jaya Suprana saat mencurahkan rasa.
Acara diakhiri dengan
buka puasa bersama. Sebelum acara ditutup Bapak Zulkifli Hasan
menyampaikan rasa terima kasih atas kesediaan para tokoh yang hadir
dan mencurahkan rasa secara terbuka. “Semoga dialog ini menjadikan
kita bersatu lagi dan menjadi awal agar Kebhinekaan tetap terjaga.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan berkomentar. Komentar spam akan saya hapus.