Tanggal 4 April 2017 bertempat di SDN Tanjung Duren 06 Grogol Petamburan Jakarta Barat, saya menghadiri talkshow yang sangat bermanfaat karena saya adalah seorang ibu dari anak kelas 3 SD yang hidup di era digital. Tema talkshow kali ini adalah “Cara Mendidik Anak di Era Digital” yang disampaikan oleh Psikolog Rosdiana Setyaningrum. Mengenai apa saja yang disampaikan Ibu Rosdiana nanti akan saya ceritakan di bawah.
Belajar perencanaan keuangan
Diawali dengan sambutan Ibu Kepala Sekolah SDN 06 yang mengucapkan terima kasih atas kehadiran para orang tua murid. Saya sangat tertarik dengan tema yang diangkat karena saya betul-betul mengalami bagaimana anak-anak seusia anak saya sudah sibuk dengan media sosial, dan berbagai permainan game yang tidak semuanya membawa dampak positif. Seandainya acara ini juga diadakan di sekolah putri saya, pasti saya akan mengajak para orang tua murid untuk hadir, agar kita sama-sama peduli dan sama-sama memahami bagaimana cara mengatasi anak-anak yang kecanduan bermain game online.
Harus bisa memilih
Bukan hanya kecanduan game
online, beberapa waktu lalu saya dapati teman sepermainan putri saya yang sudah
memiliki akun instagram. Bahkan saat saya mengobrol santai dengan Bilqis putri
saya, dia bercerita bebas mengakses internet dengan wifi yang ada di rumah
sahabatnya. Langsung kekepoan saya muncul, apa nama akun instagram temannya
tersebut. Dan saya dapati foto putri saya juga di sana sedang swa foto sambil
menjulurkan lidah meniru-niru foto orang
yang lebih dewasa.
Seandainya para orang tua lebih
paham atau mengawasi apa yang dilakukan putra-putrinya di internet agar kita
bisa mencegah sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, karena video porno bebas
beredar di internet seperti beberapa waktu lalu akun Aaro****** yang mengunggah
video porno, bahkan grup pedofil pun ada di media sosial.
Ibu Rosdiana & Elvera N Makki
Kembali ke talkshow, hadir juga saat acara berlangung Ibu Elvera N Makki (Country Head Corporate Affairs Citi Indonesia) yang dalam kata sambutannya mengatakan ”Biasanya Ibu yang memegang peranan penting dalam mendidik anak-anak, perlu memperkenalkan perencanaan/pendidikan keuangan sejak dini pada anak, agar anak-anak lebih sejahtera di masa yang akan datang. Saya berada di sini karena kepedulian. Citibank peduli melalui program Digital Literacy for Children, di dalam kelas para relawan yang sedang memberikan edukasi pada anak-anak, bagaimana caranya agar mereka memahami perencanaan keuangan. Bagaimana agar anak-anak bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan”.
Mr.Rob Gardiner
Selanjutnya Mr. Rob Gardiner, Management Advisor Prestasi Junior Indonesia (PJI) memberikan kata sambutan dalam Bahasa
Indonesia yang fasih “Kami berterima kasih dan senang sekali atas jalinan
kemitraan bersama Citi Indonesia dalam membangun dasar pemahaman literasi
keuangan terutama di era digital bagi siswa Sekolah Dasar. Kedepannya
diharapkan mereka menjadi generasi yang mampu menggerakan industri keuangan
Indonesia menjadi lebih maju”.
Psikolog anak Rosdiana Setyaningrum
Mendidik Anak di Era Digital
Psikolog anak Rosdiana
Setyaningrum, M.Psi, MHPEd. berbagi informasi mengenai kiat mendidik anak di
era digital, kepada Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG) SD 06 Tanjung
Duren, Jakarta Barat. Mendidik anak di era digital dapat melalui berbagai cara,
salah satunya adalah mendampingi mereka agar mendapatkan manfaat dari perangkat
canggih yang digunakan. Dengan perkembangan teknologi, anak dapat belajar
tentang pelajaran di sekolah, termasuk pemahaman mengenai pengelolaan keuangan.
Berikut saya rangkum apa saja yang disampaikan oleh Ibu Rosdiana Setyaningrum.
Anak-anak kita yang lahir di
tahun 2000, mereka saat ini sangat
terhubung dengan social media dan internet, disebut juga
·
iGeneration
·
Gen Tech
·
Gen Wi
·
Net Gen
·
Digital Natives
·
Gen Next
Fungsi internet sesungguhnya untuk mencari informasi, melihat dunia luar, mengasah dan mempertajam ketertarikan, meningkatkan keterlibatan orang tua. Jika dulu saat saya ingin mencari informasi biasanya saya membaca buku, berbeda dengan sekarang tinggal tanya google, langsung ada jawabannya.
Mengapa anak-anak lebih tertarik
dengan komputer, smartphone dan bebagai gawai? Karena ada gambar, gerakan suara,
cahaya dari copter dan gadget tersebut. Padahal cahaya dan gambar yang bergerak
dapat merusak kesehatan mata. Disarankan lakukan lima menit melihat gadget satu menit memandang jarak
jauh.
Efek Negatif Game Online
/ Internet
·
Penyusutan
Gray Matter
·
Berkurangnya
integritas seperti berkurangnya komunikasi di otak, termasuk yang bersifat
kognitif dan emosional serta reflek bertahan hidup
·
Berkurangnya
kemampuan kognitif
·
Kekurangan
dan ketagihan fungsi dopamine, dopamine yang dilepas saat bermain game dan
proses ketagihannya sama dengan ketagihan narkoba karena sama-sama berkurangnya
jumlah resceptor dan transporters dopamine.
Sering saya lihat sekumpulan anak-anak sedang bermain
game dengan gawai, bahkan yang lebih parah jika bermain game online di warnet,
karena tanpa pengawasan dikhawatirkan anak-anak malah membuka konten dewasa
yang sering muncul sebagai iklan. Game yang berbahaya misalnya tentang
pembunuhan, perang-perangan, bahkan beberapa waktu lalu ada juga game kartun
tapi porno. Game online membuat anak kecanduan karena memberikan efek kekuasaan,
meningkatkan adrenalin, dan rasa keberhasilan, padahal itu semu.
Gen Tech
Dampak Menonton Video
Melalui Gadget
Positif : Mengembangkan
pengetahuan, kosa kata dan imajinasi
Negatif :
Fokus pendek, komunikasi satu arah, agresif
Cara Mengatasi
·
Gadget
tidak untuk anak di bawah 1 tahun
·
Selalu
dalam pengawasan orang tua
·
Bila
gambar bergerak, anak di bawah 5 tahun maksimal 1 jam dan anak di atas 5 tahun
maksimal 2 jam
·
Pasang
pengaman
·
Letakkan
TV dan komputer di ruang keluarga/belajar
·
Pilihlah
program yang mendidik
Ciri-ciri program yang baik
v Edukatif
v Gambarnya tidak terlalu cepat bergerak
v Tidak terlalu silau
v Ada aplikasi dalam hidup sehari-hari
v Bila image tidak bergerak (bukan film)
gunakan prinsip 15-1 (melihat layar 15
menit, satu menit memandang jauh)
Biasakan anak menabung sejak kecil
Tentang Citi “Digital Financial Literacy for Children”
·
“Digital Financial Literacy for Children”
merupakan program pembinaan keuangan yang diinisiasi oleh #citi Indonesia yang
dikenal dengan #Citibank, bersama mitra pelaksana Prestasi Junior Indonesia (PJI).
·
“Digital Financial Literacy for Children” d
tujukan bagi siswa-siswi yang duduk di kelas 3, 4, dan 5 Sekolah Dasar. Program
ini menjangkau sekitar 2.244 siswa dari 7 sekolah Dasar (SD), di 4 kota besar
di Indonesia yaitu Jakarta, Tangerang, Surabaya dan Bandung.
Para relawan #citipeka mendampingi anak-anak
·
Program ini dimulai sejak Agustus 2016 dan akan
terus berlanjut hingga Juli 2017.
·
Siswa akan belajar mengenai manfaat menabung,
perbedaan kebutuhan dan keinginan, serta pengetahuan dasar terkait
kewirausahaan.
·
Setiap siswa akan difasilitasi sebuah tablet, yang
akan digunakan untuk belajar interaktif dan secara kelompok.
·
Terdapat 3 modul yang digunakan dalam program
ini, dengan tema Keluarga Kami, Daerah
Kami dan Kota Kami. Pada setiap modul, terdapat pembelajaran yang sejalan
dengan kurikulum Pendidian Nasional.
Termasuk konten dan aktivitas yang terkait dengan Perbankan, Bisnis, Karir,
Komunikasi, Perkembangan Ekonomi, Kemandirian, Uang, Produsen dan Konsumen,
Sumber Daya, Ketersediaan Barang dan Kebutuhan, serta spesialisasi.
·
Pada penyelenggaraan program, para karyawan
#citi Indonesia yang tergabung dalam Citi Volunteers terlibat aktif membantu
para siswa dalam menyelesaikan modul melalui tablet.
·
Melalui program ini, para siswa diharapkan dapat
menjadi duta keuangan bagi keluarga mereka dengan menyampaikan beragam
informasi yang mereka dapat dari ruang kelas kepada anggota keluarga.
#CitiPeduliBerkarya
Tentang Citi
Indonesia
Citi Indonesia
adalah cabang yang dimiliki secara penuh oleh Citigroup, Inc - New York,
Amerika Serikat. Di Indonesia, Citi telah berdiri sejak tahun 1968 dan merupakan
salah satu bank berjaringan internasional terbesar di negara ini. Citi
mengoperasikan 10 cabang di enam kota besar - Jakarta, Bandung, Surabaya,
Semarang, Medan, dan Denpasar. Di Indonesia, Citi memiliki salah satu jaringan
transaksi konsumen terbesar, dengan 33.000 titik pembayaran dan salah satu
jaringan distribusi korporasi terbesar dengan 4.800 lokasi di 34 provinsi.
Citibank N.A., Indonesia tergabung dalam jaringan ATM bersama dengan lebih dari
70.000 terminal ATM yang tersebar di berbagai lokasi seluruh wilayah Indonesia.
Foto bersama orang tua murid & guru
Citi Peka
(Peduli dan Berkarya) merupakan payung untuk seluruh kegiatan sosial kemasyarakatan
Citi Indonesia yang didanai oleh Citi Indonesia Foundation. Berdiri sejak tahun
1998, Citi Peka berfokus pada program pemberdayaan dan penghargaan terhadap
pengusaha dan lembaga keuangan mikro, peningkatan kemampuan kewirausahaan muda,
serta pembangunan kapasitas keuangan bagi anak usia sekolah, petani dan wanita
di berbagai wilayah di Indonesia. Selama lebih dari 18 tahun Citi Peka telah
bermitra dengan lebih dari 57 organisasi untuk melaksanakan 35 program dengan
kucuran dana lebih dari USD 10 juta yang menjangkau lebih dari satu juta penerima
manfaat. Dengan prinsip “Lebih dari Filantropi”, Citi Peka melibatkan sekitar
90% karyawan Citi sebagai relawan dalam berbagai kegiatan sosial
kemasyarakatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan berkomentar. Komentar spam akan saya hapus.