Jembatan Ampera Yang ada Di Kota Kelahiranku
Mudik lebaran tahun ini sangat
berkesan, walaupun 2 dari anggota keluargaku tak bisa ikut mudik. Sedikit
cerita tentang keluargaku, aku adalah anak ke 7 dari 9 bersaudara jangan kaget
ya! Ya memang begitulah jaman dulu program Keluarga Berencana (KB) belum
segencar sekarang. Jika dulu kami ada 9 saudara sekarang jangan ditanya,
masing-masing sudah berkeluarga, adik bungsuku sudah memiliki 2 orang putri dan
satu orang putra.
Eh kebablasan, kembali ke cerita
mudik, terakhir saya balik ke Palembang tahun 2013 itupun dengan transportasi
darat. Membayangkan lelah dan macet di perjalanan membuat aku jera. Beruntung
mudik lebaran kali ini kami bisa memanfaatkan internet untuk mencari tiket dengan
harga promo. Tanggal yang dipilih pak suami adalah tanggal 25 Juni 2015,
tepatnya puasa hari ke 20 alias 10 hari menjelang lebaran. Arus mudik belum
terlalu ramai, perjalanan menuju bandara Soekarno-Hatta Tangerang, dari
terminal Kampung Rambutan ditempuh hanya dalam waktu 1,5 jam saja dengan Bus
DAMRI.
Pesawat yang akan saya tumpangi
menuju kota Palembang adalah Lion Air
dengan jadwal penerbangan pukul 11:40. Suasana bandara Soekarno Hatta
yang cukup ramai tapi belum terlalu padat membuat saya, Bilqis (putriku) dan
suami merasa nyaman. Oh iya tadi dari rumah saya di Ciracas menuju Terminal
Kampung Rambutan, saya memilih transportasi online Grab Car. Biaya yang
terjangkau dan pelayanan yang baik semakin menambah kegembiraanku yang tak
sabar ingin bertemu sanak famili. Sedangkan dari terminal Kampung Rambutan ke
Bandara Soekarno-Hatta Tangerang saya memilih Bus DAMRI, sekedar informasi
tarif Bus DAMRI dari Terminal Kampung Rambuan ke Bandara Rp 40.000.
Alhamdulillah pesawat yang kami
pilih tepat waktu, pukul 10:45 kami sudah dipersilahkan naik ke pesawat.
Kondisi bandara yang masih dalam perbaikan, sehingga kami harus naik bus menuju
ke pesawat. Pesawat pun terbang menuju tanah kelahiranku Palembang. Sedikit
drama saat pesawat mulai terbang, walaupun ini bukan kali pertama saya
bepergian dengan pesawat, tetap saja ada rasa cemas, apalagi saat pesawat
berbelok dan terasa miring. Setelah berada di ketinggian yang berdasarkan
keterangan pramugari kami terbang hingga ketinggian 27 ribu kaki, saya baru
bisa bernafas lega.
Karena mengantuk sepertinya aku
sempat tertidur, karena aku bangun sejak jam 03.00 pagi, meskipun sayup-sayup
ku dengar suara pramugari menjelaskan bawa mereka menjual produk dan makanan
dan akan dihentikan 20 menit menjelang pesawat mendarat. Waktu tempuh
Jakarta-Palembang 60 menit , hanya sebentar dibandingkan jika saya harus naik bus
yang bisa memakan waktu hingga 23 jam, belum ditambah macetnya.
Alhamdulillah akhirnya tiba di Palembang,
setelah menunggu bagasi yang sama waktunya seperti saat di udara tadi hihihi. Akhirnya
saya bertemu orang-orang yang saya cintai. Ada kakak tertua saya dan Ayah saya
ikut menjemput saya di bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang. Ada
sedikit rasa haru bisa bertemu kembali dengan Ayahku yang berusia 83 tahun."Hanya bertemu saat Lebaran"
Jika biasanya saya di Jakarta merasa gerah ternyata di Palembang lebih gerah, matahari rasanya langsung menyinari tanpa ada penghalang sama sekali. Palembang yang dulu sudah sangat jauh berbeda dengan sekarang, pembangunan di mana-mana ditambah proyek Light Rail Transit (LRT) yang membuat kemacetan Palembang sudah hampir sama dengan kemacetan Jakarta. Tapi itu tak mengurangi rasa bahagia saya. Tiba di rumah kegembiraanku semakin bertambah karena ada keponakan baru yang kami panggil Baby Bahul (10 bulan). Baby Bahul yang putih dan lucu sangat menggemaskan sehingga mudik kali ini bertambah ceria.
Kue basah yang biasa di sajikan saat lebaran
Karena hari raya semakin dekat
saya pun mulai membuat kue kering (kuker) putri salju, nastar pastinya.
Kebetulan selai nanas sudah dipersiapkan oleh kakakku, sehingga kami tinggal
membuat kuker saja. Sehari menjelang
lebaran tak lupa kami memesan kue khas Palembang, kue delapan jam, kue lapis
manis (lapis Legit). Kenapa harus memesan pada orang lain? karena jujur saya
gak bisa membuatnya dan proses pembuatannya yang lama butuh keuletan dan
kesabaran ekstra. Untuk makanan khas kota Palembang empek-empek, Alhamdulillah
bisa walaupun tak seenak empek-empek Pak Raden
yang kesohor itu.
Tanggal 6 Juli 2016 bertepatan
dengan Hari Raya Idul Fitri adik bontotku dengan 3 anak + suami dari propinsi
Bangka-Belitung tiba di Palembang. Keramaian keluarga besar kami semakin
bertambah, selain itu kakakku no 4 juga mudik tanpa keluarga karena terkendala
biaya. Adikku no 8 dengan 2 anaknya dari Bangka juga ikut berkumpul. Ditambah kakak
no 6 dengan 3 putra-putrinya dan kakak no 2 dengan 1 putranya. Sebentar, saya
total dulu jumlah keluarga saya yang sedang berkumpul. Ditambah Ayahku anggota
keluarga yang terkumpul berjumlah 22 orang. Ini masih 3 keluarga yang belum
mudik. Jika di kumpulkan besama
cucu-cucu yang lain bisa satu RT ramainya. Ayahku sudah mempunyai 4 orang
cicit.
Singgah di Masjid At-Tohirin
Ada sebuah desa yang kulewati
saat menuju rumah kakak ke 2 ku, namanya Desa Jejawi yang terletak di kecamatan
Jejawi Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Di desa ini ada Masjid yang di bangun oleh Hatta Rajasa sebagai putra asli dari Jejawi. Masjid
yang indah dan megah yaitu Masjid At-Tohirin, yang diambil dari nama orang tua
Hatta Rajasa yakni HM Tohir, seorang tokoh pejuang dan tokoh agama. Masjid
berwarna biru ini cukup indah dan diresmikan oleh Hatta Rajasa pada tanggal 19
Januari 2014. Tak lupa kami berfoto di depan masjid ini sebagai bukti bahwa
kami sekeluarga pernah singgah di sana.
Satu-persatu adik dan kakakku
mulai kembali ke kota masing-masing, tinggal aku sendiri yang masih belum
kembali ke Jakarta. Kami memilih kembali ke Jakarta tanggal 18 Juli karena
harga tiket sudah normal kembali. Sempat mengintip harga tiket Palembang -Jakarta
Rp 1.000.000 jika membeli mendadak, beruntung kami sudah membeli tiket balik ke
Jakarta sebelumnya.
Batik Air menjadi pilihan kami untuk
kembali ke Jakarta. Terbang bersama Batik Air sangat menyenangkan, ada layar
monitor di depan masing-masing penumpang. Sehingga petunjuk keselamatan penumpang
yang diperagakan oleh Pramugari bisa disimak
dengan baik. Bilqis juga bisa menonton dan bermain game di pesawat melalui layar monitor tersebut. Selain itu
para penumpang juga mendapat snack dan minuman, serasa naik pesawat kelas
bisnis.
Batik Air mendarat di Bandara Halim
Perdana Kusuma, Alhamdulillah tepat pukul 16.00 kami tiba kembali di kota
Jakarta dengan sejuta kisah. Hingga hari ini setelah seminggu aku berada di
Jakarta, kebahagiaan saat bersama masih sering membuat aku tersenyum saat
mengenangnya. Setelah selama 23 hari berada di Palembang ternyata kurasakan
suhu Jakarta lebih sejuk, mungkin karena hujan turun yang hampir setiap hari.
Dan kesibukan pun segera dimulai
keesokan harinya karena libur sekolah telah berakhir. Harapanku di tahun
yang akan datang aku bisa mudik dan mudik lagi dengan berbagai kemudahan dan
kebahagiaan yang sama.
Cerita mudik lebaran ini saya ikut sertakan pada lomba blog Ceria (Cerita lebaran Asyik) yang diadakan oleh Diary Hijaber bekerjasama dengan Blogger Perempuan Network. Dalam rangka Memperingati Hari Hijaber Nasional pada tanggal 07-08 Agustus 2016 akan berlangsung juga acara yang akan diadakan di Masjid Sunda Kelapa Menteng Jakarta-Pusat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan berkomentar. Komentar spam akan saya hapus.