Tahun
1997-2000 saya bersekolah di pulau Bangka, waktu itu masih menjadi bagian dari
Sumatra Selatan belum menjadi provinsi sendiri seperti sekarang. Ada banyak
sekali pantai yang indah di sana, tetapi hanya sebagian yang sudah dikelola
dengan baik. Sedangkan pantai yang belum dikelola dengan baik seperti pantai
Matras, masih ingat saat saya kesulitan mencari kamar kecil waktu hendak
berganti pakaian setelah bermain air di pinggir pantai. Pantai di pulau Bangka
ombaknya tenang sehingga banyak wisatawan lokal yang senang mandi di pantai.
Bahkan seminggu menjelang bulan ramadhan pantai semakin ramai karena ada budaya
yang di sebut “penutupan” oleh masyarakat di sana. Disebut penutupan karena
biasanya selama sebulan masyarakat tidak akan ke pantai hingga bulan puasa
berakhir.
Mungkin
tidak akan terjadi kesulitan mencari kamar kecil jika wisata di pulau Bangka
sudah dikelola dengan baik. Selama ini pengelolaan bisnis wisata didominasi
swasta baik oleh modal asing maupun investor lokal tetapi kurang menyentuh
kesejahteraan masyarakat sekitar.
Awal bulan
tepatnya 6 April 2016 saya mengikuti diskusi bersama Kementerian Koperasi dan
UKM yang dihadiri:
1. Deputi Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi
dan UKM, Wayan Dipta
2. Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Kementerian Pariwisata,
Dadang Rizki Ratman
3. Ketua Koperasi Pengelola Wisata Candi Borobudur,
Herman
Koperasi
sebagai salah satu badan hukum di Indonesia masih menjadi pemain minoritas
dalam bisnis pariwisata. Oleh karena itu Kementerian Koperasi dan UKM berupaya
mendorong keterlibatan koperasi masuk mengelola dan mengembangkan destinasi
pariwisata. Dengan tujuan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pemberdayaan pariwisata berbasis komunitas sehingga menyejahterakan anggota
koperasi dan masyarakat sekitar. Karena koperasi adalah dari, oleh dan untuk
rakyat sehingga diharapkan yang menikmat hasil bisnis wisata adalah masyarakat.
Seperti yang
dikatakan Bapak Wayan Dipta, koperasi sangat potensial dalam pemberdayaan
masyarakat berbasis pariwisata sebagai
program unggulan. Kementerian Koperasi memberikan fasiltas dan bantuan yang bersifat
stimulan sebagai modal koperasi.
Kementeran
Koperasi juga secara serius mengembangkan model desa wisata yang dikelola oleh
koperasi. Ada delapan desa wisata yang mendapat pembinaan yaitu Kabupaten
Samosir, Sumatera Utara; Desa Sesaot dan Desa Banyumulek di NTB; Taman laut 17
Pulau di Kabupaten Ngada dan Pulau Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT;
Kampung Memprua, Riau; Danau Lut Tawar, AcehTengah; Candi Borobudur di Magelang,
Jawa Tengah.
Koperasi
yang di masing-masing daerah wisata bergerak menjalankan berbagai usaha, antara
lain penataan homestay, kapal wisata, penataan UKM sekitar obyek wisata.
Ketua
Koperasi Catra Gemilang menceritakan bagaimana peran koperasi sangat besar
dalam memberdayakan masyarakat sekitar. Sejak tahun 2014 Kemenkop dan UKM telah
memulai dukungan pengembangan pariwisata di daerah sekitar Candi Borobudur.
Koperasi Catra Gemilang mendapat dana program bantuan pengembangan sarana
wisata sebesar Rp 400 juta.
Bantuan
dimanfaatkan untuk pembangunan penginapan dengan konsep rumah tradisional Jawa.
Adapun sektor yang didukung oleh koperasi antara lain kuliner, suvenir, wisata
taman kupu-kupu dan sebagainya. Bahkan koperasi Catra Gemilang juga mengelola
usaha fotografi dan jasa kebersihan toilet, untuk mendukung pariwisata di komplek
Candi Borobdur. Sekarang anggota koperasi Catra Gemilang sudah mencapai angka
1.335. Koperasi yang mulai beroperasi sejak Juli 2015 selama 2 bulan omsetnya
Rp. 31.700.000 dengan menambah 2 tenaga kerja tetap dan 2 tenaga kerja tidak
tetap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan berkomentar. Komentar spam akan saya hapus.