Selasa
5 April 2016 diadakan acara RIAT Gathering sosialisasi pelatihan internet bagi
tunanetra di Rumah Internet Atmanto (RIAT), bersama generasi tunanetra yang
tergabung dalam Kartunet (Karya Tuna Netra). Sebelum acara dimulai saya duduk
di antara para penyandang tunanetra yang sedang asyik berbincang-bincang dengan
teman-temannya, obrolan mereka sama seperti kita pada umumnya tentang gadget
canggih, tentang internet. Saya sangat penasaran bagaimana mereka bisa
menjelajah internet dan menggunakan komputer. Bukan berarti saya merendahkan
mereka justru saya salut kepada para penyandang tunanetra ini, walaupun dengan
keterbatasan mereka tetap bisa berkarya.
Tentang RIAT
Dalam
menjalankan kegiatannya, Kartunet banyak dibantu oleh Rumah internet Atmanto
(RIAT). RIAT didirikan oleh Indar Atmanto dan saat ini dibantu oleh anggota
keluarganya, Adam, Faiz, dan istrinya, Amy Atmanto yang lebih dikenal sebagai
perancang busana.
Amy
Atmanto yang menjadi tuan rumah gathering ini mendukung penuh kegiatan Kartunet
karena sejalan dengan visi misi RIAT. Gerakan masyarakat RIAT ini memiliki visi
untuk pemberdayaan masyarakat umum dan penyandang disabilitas agar mampu
mandiri. Sedangkan misinya yaitu menyediakan solusi praktis permasalahan yang
dihadapi masyarakat dengan bantuan teknologi.
Era
digital saat ini tak lepas dari peran internet. Hal ini juga selaras dengan
revolusi digital yang dicanangkan Presiden dan UU disabilitas sehingga
seluruh warga Indonesia termasuk penyandang disabilitas dapat memanfaatkan
teknologi.
Dimas
dan Riqo adalah pendiri Kartunet bersama-sama dengan Irawan Mulyanto dan Aris
Yohanes. Mereka tergerak untuk membantu sesamanya yang memiliki keterbatasan
dalam indera penglihatan. Dimas
Prasetyo Muharam (27) bisa menyelesaikan pendidikannya dan merasa sangat
beruntung bisa menggunakan komputer, bahkan bisa mendapatkan penghasilan, Dimas
menganggap keterbatasan bukan akhir dunia.
Tidak
perlu keyboard braille yang mahal, yang diperlukan penyandang disabilitas
adalah bagaimana mengatasi keterbatasan visual. Solusinya melalui suara digital
yang sangat membantu dan bersahabat dengan tunanetra, anggapan bahwa komputer
untuk tunanetra mahal itu salah, karena tunanetra bisa memanfaatkan komputer
yang ada.
Gadget
sudah dirancang ramah disabilitas, tidak hanya komputer tapi juga ponsel layar
sentuh sehingga tunanetra tidak perlu takut gagap teknologi. Mereka bisa
menggunakan gadget tersebut namun perlu beradaptasi papar Riqo (M. Ikhwan
Thoriqu) saat memberikan penjelasan. Oh seperti itu, pantas saja mereka tadi
ngobrol dengan sangat bersemangat, saya sampai menyimak tanpa bisa berkata
apa-apa. Akan lebih baik jika para tunanetra sudah hafal posisi angka dan huruf
pada keyboard dan terbiasa mengetik sepuluh jari. Dan ini perlu adaptasi tidak
cukup hanya dengan meng-install screen reader.
Komputer
dan akses internet penting bagi masa depan penyandang tunanetra, karena mereka
menyadari keterbatasan fisik dalam hal mobilitas. Sementara di satu sisi sarana
umum di Indonesia masih belum ramah disabilitas. Sehingga, bekerja di rumah
dengan akses internet akan sangat membantu kaum tunanetra dalam mendapatkan
penghasilan.
Untuk
itulah Kartunet bekerja sama dengan Rumah Internet Atmanto (RIAT) untuk
mengadakan pelatihan internet tunanetra seperti bagaimana mengetik, melakukan browsing dan membaca konten dari situs
tersebut, hingga kemudian mendapatkan penghasilan dari kegiatan berinternet.
Dengan adanya pelatihan ini diharapkan para penyandang tunanetra tidak gagap
teknologi, lebih percaya diri dan mandiri secara finansial.
Pelatihan
ini akan diadakan sekali dalam sebulan. Durasinya berkisar seminggu dengan sepuluh
peserta.
bulan Mei mendatang akan diadakan pelatihan khusus bagi tunanetra di Jabodetabek, berikutnya akan berlanjut ke berbagai daerah.
Dimas berharap para peserta ini nantinya dapat berbagi ilmu ke teman-teman tunanetra yang lain. Riqo pernah mendapat penghasilan sebesar 20 ribu USD dalam waktu sebulan. Untuk itu tunanetra perlu memiliki ketrampilan dalam hal menulis konten yang baik dan pengetahuan tentang Internet.
bulan Mei mendatang akan diadakan pelatihan khusus bagi tunanetra di Jabodetabek, berikutnya akan berlanjut ke berbagai daerah.
Dimas berharap para peserta ini nantinya dapat berbagi ilmu ke teman-teman tunanetra yang lain. Riqo pernah mendapat penghasilan sebesar 20 ribu USD dalam waktu sebulan. Untuk itu tunanetra perlu memiliki ketrampilan dalam hal menulis konten yang baik dan pengetahuan tentang Internet.
Motto Kartunet tunanetra dapat
mengatasi keterbatasan tanpa batas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan berkomentar. Komentar spam akan saya hapus.